BOJONEGORO – Pemerintah Kabupaten Bojonegoro terus memperkuat program pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Gayatri (Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri).
Kali ini, giliran Kecamatan Ngasem menjadi tuan rumah Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya Ayam Petelur bagi Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang digelar pada Kamis (6/11/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh 110 KPM dari berbagai desa di wilayah Kecamatan Ngasem. Mereka mendapatkan pembekalan lengkap mulai dari teknik pemeliharaan ayam petelur, perawatan kesehatan ternak, pencegahan penyakit, hingga manajemen pakan dan kandang.
Bimtek ini turut dihadiri langsung oleh Bupati Bojonegoro Setyo Wahono, yang memberikan arahan dan motivasi kepada para peserta agar benar-benar memanfaatkan peluang dari program Gayatri untuk meningkatkan kemandirian ekonomi keluarga.
Dalam sambutannya, Bupati Setyo Wahono menegaskan bahwa Bimtek Gayatri bukan sekedar pelatihan teknis, tetapi juga langkah strategis untuk menumbuhkan kemandirian ekonomi di tingkat keluarga.
“Bimtek ini sangat penting agar para penerima manfaat bisa memelihara ayam dengan baik dan memperoleh hasil maksimal. Setelah dua tahun masa produksi ayam berakhir, saya berharap bapak-ibu mampu melanjutkan usaha ini secara mandiri, membeli ayam baru, dan terus meningkatkan ekonomi keluarga,” ujar Bupati.
Ia juga meminta seluruh jajaran OPD teknis, pemerintah kecamatan, dan kepala desa untuk mengawal program ini secara serius agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat secara berkelanjutan.
“Program Gayatri ini terbukti memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Maka semua pihak harus ikut memastikan keberlanjutannya,” tambahnya.
Sementara, Kepala Bidang Peternakan, Fajar, dalam laporannya menyampaikan bahwa Program Gayatri telah memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat penerima manfaat.
Dari hasil pilot project di 10 desa, setiap keluarga penerima manfaat tercatat mendapat tambahan pendapatan Rp500.000–Rp700.000 per bulan hanya dari penjualan telur, bahkan setelah subsidi pakan berakhir.
“Itu baru dari penjualan telur. Belum termasuk potensi tambahan dari pengolahan kotoran ayam yang bisa dijadikan pupuk organik. Artinya, peluang peningkatan ekonomi keluarga dari Gayatri masih sangat besar,” terang Fajar.
Kesuksesan tahap awal membuat Pemerintah Kabupaten Bojonegoro memperluas cakupan program Gayatri. Dalam APBD Induk 2025, program ini telah menyasar 400 KPM di 5 kecamatan dan 10 desa.
Namun melalui Perubahan APBD (P-APBD) 2025, jumlah penerima manfaat meningkat drastis menjadi 5.000 KPM yang tersebar di 389 desa dan 28 kecamatan.
Adapun total kebutuhan logistik yang disiapkan meliputi, 26.100 ekor ayam petelur, 160 ton pakan, 8.100 unit kandang, serta obat-obatan pendukung untuk menjaga kesehatan ternak.
Pelatihan teknis ini juga menghadirkan narasumber profesional, salah satunya Santoso, CEO PT 44S, yang diundang oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bojonegoro untuk memberikan bimbingan teknis seputar pemeliharaan ayam petelur modern dan efisien.
Melalui Program Gayatri, Pemkab Bojonegoro berharap kegiatan beternak ayam petelur ini dapat bertransformasi dari bantuan sosial menjadi gerakan ekonomi keluarga berkelanjutan.
Program ini tak hanya membantu menambah pendapatan, tetapi juga berkontribusi pada penguatan ketahanan pangan lokal serta peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan.
“Gayatri bukan sekedar program bantuan, tapi sebuah gerakan yang membentuk mental kemandirian ekonomi di setiap keluarga Bojonegoro,” tutup Bupati Setyo Wahono optimistis.
Dengan pendampingan berkelanjutan dan pelatihan teknis yang intensif, Bojonegoro menargetkan Gayatri menjadi model sukses pemberdayaan ekonomi berbasis keluarga yang menginspirasi daerah lain di Indonesia. (Pro/red)












